• RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

MENUJU KEDEWASAAN

Posted by GBI Kudus On Selasa, Oktober 19, 2010


“Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig. Sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; tetapi ia berada dibawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya. Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia” (Galatia 4:1-3). Orang Kristen yang masih kanak-kanak rohani, hidupnya seperti budak/hamba. Hidup mereka dibelenggu oleh kedagingan dan kepentingan diri sendiri. Mereka yang masih kanak-kanak rohani, mereka tidak dapat mewarisi janji-janji Tuhan dengan kata lain, hidup mereka penuh dengan pergumulan. Hanya orang-orang yang dewasa rohaninya, mereka dapat hidup dalam penggenapan janji-janji Allah.
Paulus mengatakan; orang-orang Kristen yang masih kanak-kanak rohani, hidup mereka seperti seorang hamba, walaupun sebenarnya mereka adalah tuan dari segala sesuatu, karena sebenarnya mereka adalah ahli waris dari segala yang dimiliki oleh Bapa Surgawi. Tapi karena mereka belum dewasa maka, mereka belum dapat menikmati segala warisan yang diberikan oleh Bapa. Karena itu bertumbuhlah menjadi dewasa secara rohani, agar dapat menikmati warisan yang dari Bapa yaitu hidup dalam penggenapan janji-janji Allah.
Hanya orang-orang yang telah dewasa saja yang dapat diberi wewenang dan tanggung jawab. ‘Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga’ (Matius 16:19). Wewenang yang luar biasa ini hanya akan Tuhan berikan kepada orang Kristen yang telah dewasa rohaninya. Wewenang yang Tuhan berikan adalah dengan tujuan; dengan wewenang itu, kita dapat makin efektif untuk mengerjakan tanggung jawab/tugas yang Tuhan berikan kepada kita, yaitu membawa keteraturan ilahi dimana saja.
Karena itu bertumbuhlah menjadi dewasa secara rohani, agar dapat menikmati warisan yang dari Bapa, yaitu hidup dalam penggenapan janji Allah dan memiliki wewenang yang dari Tuhan. Dengan semuanya itu, kita dapat mengerjakan tugas/tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada kita untuk membawa keteraturan ilahi dimana kita berada (Kejadian 1:26). Karena hanya orang-orang yang dewasa rohaninya yang dapat hidup menyatakan kepenuhan Kristus, dan merekalah yang dinanti-nanti oleh seluruh makhluk di bumi ini. “Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditahlukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menahlukkannya” (Roma 8:19-20).
Seperti anak-anak kita; untuk bertumbuh dari kanak-kanak menjadi remaja dan kemudian menjadi dewasa, itu suatu proses yang alamiah. Bila anak-anak mengikuti arah yang kita berikan, yaitu mereka makan makanan sehat yang kita siapkan bagi mereka dan mereka hidup dalam gaya hidup yang sehat, mereka bertumbuh dari kanak-kanak menjadi dewasa itu sesuatu yang normal dan wajar. Hanya bila ada suatu penyakit parah yang mengganggu mereka, maka itu akan menyebabkan pergumulan tersendiri untuk dapat bertumbuh dari kanak-kanak menjadi dewasa. Demikian pula dengan kondisi rohani jemaat. Bila jemaat (kita) mengikuti arahan-arahan dari pemimpin rohani (bapak rohani) kita, dan kita hidup dalam gaya hidup yang menyenangkan Tuhan, maka untuk bertumbuh dari kanak-kanak rohani menjadi dewasa rohani adalah sesuatu yang alamiah.
Berbeda dengan kanak-kanak, orang dewasa mempunyai gaya hidup yang disiplin dan mandiri. Pada orang Kristen yang masih kanak-kanak rohani, mereka akan berdoa hanya bila ingin berdoa, atau mereka akan berdoa bila ada orang lain yang mendorong/mengajak mereka untuk berdoa. Pada orang Kristen yang telah dewasa rohani, mereka akan tetap berdoa dan membaca Firman Tuhan walaupun mereka tidak merasa ingin berdoa ataupun membaca Firman Tuhan, karena mereka tahu itu adalah kebutuhan mutlak bagi ‘kesehatan’ rohaninya.
Kita bertanggung jawab untuk pertumbuhan rohani kita sendiri. Rohani kita bertumbuh atau macet, itu adalah karena respon/keputusan kita sendiri. Kita tidak dapat menyalahkan siapapun juga untuk kemacetan rohani kita. Bila kita meresponi dengan tekun setiap arahan-arahan yang Tuhan berikan lewat pemimpin-pemimpin rohani kita, maka kita akan mendapati rohani kita makin bertumbuh.
Cara untuk bertumbuh menjadi dewasa:

1. Berdoa Bahasa Roh yang meluap-luap
“Siapa yang berkata-kata dengan bahasa Roh, ia membangun dirinya sendiri” (I Korintus 14:4a).
Membangun Manusia Roh adalah dengan berdoa Bahasa Roh dengan ekspresi, agresif dan meluap-luap. Ucapkan Bahasa Roh itu dengan intonasi dan lafal yang jelas, karena yang namanya bahasa itu ada intonasi dan lafal yang jelas. Dengarkan setiap kata-kata Bahasa Roh yang keluar dari mulut kita. Pada saat kita mulai belajar untuk mendengarkan diri kita sendiri berdoa dalam Bahasa Roh, kita akan mengalami bagaimana pikiran kita mulai terbiasa untuk mendengarkan kata-kata yang berasal dari dalam roh kita dan pada saat yang sama ‘kesadaran akan hadirat Tuhan’ akan mulai terbangun dalam diri kita. Semua itu akan menyebabkan mulai berkembangnya perbendaharaan bahasa roh dalam hidup kita.
Kesadaran akan hadirat Tuhan yang mulai terbangun dalam diri kita memampukan kita untuk mulai dapat merasakan adanya perasaan-perasaan rohani tertentu mulai mengalir dan muncul dalam batin kita. Saat kita mulai dapat merasakannya, belajarlah untuk berusaha mengungkapkan apa yang ada dalam hati kita itu dengan menggunakan kata-kata dalam Bahasa Roh. Roh Kudus akan mulai memberikan suku kata – suku kata yang akan memungkinkan kita untuk betul-betul dapat mengungkapkan semua yang ada dalam hati kita. Usahakanlah untuk mulai mengucapkan suku kata baru yang Roh Kudus berikan dengan sepatutnya. Jika kita merasa seakan-akan apa yang kita ucapkan mulai tidak mengekspresikan inti dan kerinduan yang ada dalam roh kita, mintalah untuk Roh Kudus terus memberikan kata-kata yang baru bagi kita.
Mungkin kita tidak dapat langsung mengungkapkan setiap perasaan rohani yang kita rasakan dengan ucapan Bahasa Roh yang lancar. Tapi kita perlu untuk terus melatihnya setiap hari sampai kita mulai memiliki kelancaran dan kebebasan dalam mengekspresikan kerinduan dan seluruh keberadaan hidup kita dengan Bahasa Roh, bahkan selancar saat kita berdoa dalam bahasa Indonesia. Latihlah setiap hari dengan penuh ketekunan dan kesungguhan. Kata-kata dalam Bahasa Roh yang kita ucapkan dengan penuh ekspresi akan membangun atmosfir persekutuan yang sehat dan bermanfaat dengan Tuhan. 

2. Menghidupi Firman
Seringkali Firman yang kita dengar berlalu begitu saja dan seakan-akan tidak ‘membawa dampak yang kekal’ dalam hidup kita karena Firman itu tidak sempat ‘berakar’ dalam hidup kita. Bagaimanapun juga Roh Kudus akan dapat memanfaatkan setiap Firman dan kebenaran yang pernah kita baca atau dengar hanya apabila kita mau meluangkan sedikit waktu untuk menyimpannya dalam ingatan kita.
Menghidupi Firman, caranya adalah dengan merenungkan Firman Tuhan, menghafalkan Firman Tuhan, memikirkan Firman Tuhan, memperkatakan Firman Tuhan dan mengimajinasikan Firman Tuhan.
Pada saat kita melatih diri kita untuk mulai ‘melihat’ (dalam imajinasi) apa yang Allah katakan / Firmankan, sesungguhnya kita sedang membangun koordinasi antara pikiran kita dengan aliran pewahyuan yang mengalir dalam roh kita (Firman yang kita terima). Belajarlah untuk mulai membayangkan dampak, pengaruh dan penerapan dari apapun yang Tuhan katakan di dalam roh kita. Saat kita dengan sukarela mulai mengimajinasikan setiap Firman yang kita terima dari Tuhan dan memutuskan untuk mempercayai serta bertindak sesuai dengan imajinasi yang Tuhan nyatakan, kita akan mendapati bahwa penolakan dari pola pikir negatif yang ada pada kita akan semakin melemah dan hilang dari hidup kita. Melalui proses imajinasi, kita dapat ‘menjebol dan memperluas’ kapasitas pikiran kita jauh melampaui segala batasan-batasan yang selama ini ada dalam mental kita.

3. Mengambil keputusan dengan benar sesuai dengan Firman yang kita terima dari Tuhan.
Bila kita dengan tekun merenungkan (memikirkan, membayangkan, menghafalkan, dan memperkatakan) Firman yang kita terima dari Tuhan, itu berarti kita sedang menyelaraskan cara berfikir kita dengan kebenaran Firman. Bila pikiran kita selaras dengan kebenaran Firman, maka dengan sendirinya perkataan kita, respon-respon kita, pengambilan-pengambilan keputusan kitapun akan dengan sendirinya dapat menjadi selaras / sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.