• RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

MEMILIKI KUASA DOA

Posted by GBI Kudus On Minggu, Oktober 31, 2010



Baca I Yohanes 3 – 19 – 24

Kita rindu memiliki kuasa doa; kita ingin doa kita di dengar Tuhan sehingga menghasilkan dampak atau perubahan. Malalui renungan kita kali ini, kita dapat belajar bagaimana memiliki kuasa doa sehingga kita dapat mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari.
Doa kita berkuasa, jika :


1. Memahami bahwa Allah ada di dalam kita.

“Barangsiapa menuruti segala perintahNya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita ” (I Yohanes 3:24)
Kita harus sadar bahwa sekarang tubuh kita adalah bait Allah dan kita hidup bagi kepentingan Allah. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? ” (I Korintus 6:19). Sekarang si aku sudah mati dan sekarang Kristus yang hidup di dalam aku, seperti kata Paulus: “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku” (Galatia 2:19-20). Sekarang kita adalah ciptaan baru, hal ini kita terima dengan iman dan kita hidup menghayati hidupnya Kristus.

2. Kita menuruti perintahNya

“Saudara-saudaraku yang kukasihi, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari padaNya, karena kita menuruti segala perintahNya dan berbuat apa yang berkenan kepadaNya. Dan inilah perintahNya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus AnakNya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.” (I Yohanes 3:21-23).
Firman Tuhan mengatakan kepada kita bahwa, apa saja yang kita minta, kita akan memperolehnya dari Dia, jika kita menuruti segala perintahNya dan berbuat apa yang berkenan kepadaNya. perintahNya adalah percaya akan nama Yesus Kristus dan supaya kita saling mengasihi.
Percaya dalam nama Yesus Kristus, adalah percaya bahwa di dalam namaNya ada kuasa yang luar biasa. Karena: “Dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi” (Filipi 2:10). Jika kita berdoa “dalam nama Yesus”, kita yakin bahwa di dalam Dia tidak ada perkara yang mustahil. Jika kita berdoa “dalam nama Yesus” atau “demi nama Yesus “ itu berarti; “demi kerajaanNya ditegakkan” atau doa kita adalah doa untuk kepentingan kerajaanNya. Dimanakah kepentingan kita? Bukankah “aku” sudah mati? Itu berarti kepentingan kitapun ikut mati dan sekarang yang hidup adalah Kristus. Kita hiudp bagi kepentinganNya. “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” (II Korintus 5:15).
Perintah yang lain adalah: supaya kita saling mengasihi. Ini dapat kita lakukan, karena kasih Allah sudah dicurahkan keatas kita. “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:5). Potensi untuk mengasihi telah Tuhan berikan kepada kita. Ini adalah kasih agape, yaitu kasih karena Kristus, bukan kasih filia (kasih karena obyek – aku mengasihi karena dia baik padaku). Bukankah pada waktu kita jatuh dan jauh dari Dia, Yesus tetap mengasihi kita dan Ia membangkitkan kita kembali sehingga kita menjadi seperti sekarang, itu karena kasih Kristus. Kasih agape adalah kasih yang sesuai dengan Firman Tuhan. Karena kasih, pada waktu kita salah Ia menegor, menghajar, dan mendisiplin kita supaya kita bertobat dan kembali kejalanNya (Ibrani 12:5-8). Imam Eli mengasihi anaknya tidak dengan kasih agape, ia tidak berani menegor ketika anak-anaknya bersalah, dan karena itu imam Eli ditolak oleh Allah (I Samuel 2:22-36). Dengan kasih yang seperti inilah kita mengasihi saudara-saudara kita. Pada waktu saudara kita lemah, kita datang untuk menolong, memberi dukungan sehingga mereka dapat bangkit kembali untuk menyelesaikan rencana Allah dalam hidupnya. Pada waktu saudara kita bersalah, kita tegur dan nasehati mereka supaya mereka bertobat dan kembali dalam destiny Ilahi (tujuan Ilahi) dalam hidupnya.
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:34-35).
Seperti Tuhan Yesus mengasihi kita, seperti itulah kita mengasihi saudara kita.
Kita sudah memiliki potensi Ilahi untuk mengasihi, yang membuat potensi tidak mengalir atau yang membuat kita tidak dapat mengasihi adalah karena paradigma atau pikiran kita yang belum dibaharui.
Ketaatan akan membuat kita tinggal dalam kasihNya. “Barangsiapa menuruti segala perintahNya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (I Yohanes 3:24a).

3. Mengalami kuasa doa

“Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari padaNya, karena kita menuruti segala perintahNya dan berbuat apa yang berkenan kepadaNya.” (I Yohanes 3:22)
Kalau kita taat, doa kita akan berkuasa. “Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.” (Galatia 5:6). Yang terpenting adalah iman yang bekerja oleh kasih, artinya percaya kepada Kristus, dan itu nyata dalam kasih kita kepada orang lain.