• RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

MENYATAKAN KEHIDUPAN KRISTUS

Posted by GBI Kudus On Sabtu, Mei 29, 2010

Kita adalah manusia rohani, karena hakekat kita yang sebenarnya adalah roh kita. Ketika kita mati, tubuh kita akan menjadi debu tanah dan yang kekal adalah roh kita. Sebagai manusia rohani yang harus kita perhatikan seharusnya adalah manusia roh kita.
Kekuatan untuk memenangkan peperangan, tantangan, pencobaan, dan kekuatan untuk dapat taat untuk melakukan kehendak Tuhan tergantung dari kekuatan roh! Ketika roh kita selalu dilatih sehingga menjadi kuat, maka untuk taat adalah sesuatu yang mungkin dan untuk menjadi pemenang dalam segala tantangan adalah sesuatu yang wajar. Untuk taat, Daniel harus mempertaruhkan nyawanya. Walaupun tantangan yang dihadapi Daniel berat, ia dapat memenangkannya, rahasianya adalah karena Daniel memiliki roh yang kuat (Daniel 6:4).
Untuk tetap fokus pada pelayanan adalah sesuatu yang tidak mudah, apalagi ditengah-tengah tantangan yang berat (lihat II Korintus 11:23-27) itulah yang dihadapi Paulus karena pelayanan. Tapi inilah yang dikatakan Paulus: “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” (II Korintus 4:8-9). Itu semua karena Paulus memiliki roh yang kuat. Paulus selalu membangun manusia rohnya. “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.” (I Korintus 14:4). Dan Paulus berkata-kata dengan bahasa Roh lebih sering dari yang lain (I Korintus 14:18).
Untuk dapat memiliki roh yang kuat, kita harus membangun manusia roh kita, yaitu dengan praktek berdoa bahasa Roh. Kita harus melakukannya dengan tekun dan bersungguh-sungguh.
Kita dapat mempergunakan roh kita sebagai ‘radar’ sehingga saat iblis sedang menyusun rencana untuk menyerang kita, kita dapat menghancurkannya sebelum iblis melaksanakan rencananya itu. Sehingga perjalanan rohani kita tidak naik turun, tapi kita dapat selalu menjaga stamina dan posisi rohani yang telah kita miliki.
Perjalanan rohani yang naik turun, hal itu disebabkan karena kita masih kurang / belum memahami bagaimana harus menyingkapi berbagai aktivitas rohani yang berhasil di deteksi oleh roh kita.
Cara mempergunakan roh kita sebagai ‘radar’ : saat kita berdoa dalam bahasa Roh, kita harus memperhatikan berbagai perasaan rohani yang muncul dalam roh kita dan meresponinya dengan tepat. Bila pada saat kita berdoa bahasa Roh muncul perasaan-perasaan:

1. Perasaan tertekan.
Saat kita berdoa dalam bahasa Roh, kita tidak dapat berdoa dengan leluasa. Terasa seperti ada ‘sesuatu’ yang menindih dalam ekspresi doa kita.
Artinya:
a. Ada serangan iblis yang ditujukan langsung dalam roh kita.
b. Iblis sedang bertujuan / berusaha menggerogoti stamina rohani yang kita miliki dengan cara memasukkan kelesuan, kelelahan atau kebosanan rohani untuk terus bergerak dalam Roh.
c. Iblis sedang berusaha untuk menghentikan aliran pengurapan dan iman dari dalam roh kita.

Cara menanggulanginya : berdoa dalam bahasa Roh secara meluap-luap sampai kita kembali merasakan kebebasan di dalam Roh.

2. Perasaan kosong.
Saat berdoa dalam bahasa Roh, kita sama sekali tidak dapat merasakan apapun. Doa kita terasa ‘mentok’ dan kosong.
Artinya:
Iblis menyerang pikiran kita karena adanya masalah / kebutuhan-kebutuhan lain yang mendesak ; caranya membuat kita terfokus pada masalah.
Iblis bertujuan menggerogoti kesadaran akan hadirat Tuhan dan kepekaan rohani yang kita miliki.
Iblis berusaha menyumbat aliran pewahyuan dan bimbingan Roh Kudus dalam hidup kita.
Iblis berusaha mengacaukan pikiran kita sehingga muncullah ketakutan, kebimbangan dan kegelisahan.

Cara menanggulanginya:
Berdoa dalam bahasa Roh dengan agresif dan meluap-luap sampai kita kembali merasakan kesadaran akan hadirat Tuhan.
Cari pola pikir yang salah yang berhasil dimasukkan iblis ke dalam pikiran kita berkenaan dengan masalah yang sedang kita hadapi.
Cari Tuhan sampai Ia menyampaikan FirmanNya berkenaan dengan masalah tersebut.
Pergunakan Firman tersebut untuk melawan segala pola pikir yang salah tersebut.

3. Menjadi garang.
Saat berdoa dalam bahasa Roh, intonasi dan suara kita berubah menyatakan kemarahan/ kegarangan.
Artinya:
Roh kita mendeteksi adanya kehadiran roh jahat di dekat kita.
Roh kita merasakan adanya peperangan rohani di sekitar kita.
Roh kita mendeteksi adanya serangan / rencana jahat yang akan terjadi atas orang-orang yang sedang kita doakan / orang-orang yang kita kasihi.
Roh kita mendeteksi adanya rencana si jahat yang akan menyerang kita melalui orang-orang / keadaan tertentu.
Cara menanggulanginya: berdoa dengan agresif sampai kita tahu bahwa kehadiran roh jahat / bahaya yang akan datang tersebut sudah tersingkir.

4. Perasaan berduka.
Setelah beberapa saat berdoa dalam bahasa Roh, kita merasakan adanya perasaan berkabung / berduka.
Hal tersebut disebabkan karena salah satu dari 2 alasan berikut:
Kita sedang menerima suatu beban syafaat.
Kita telah mendukakan Roh Kudus melalui ucapan / tindakan kita.
Bagaimana kita tahu kita telah menerima beban syafaat:
Semakin kita berdoa dalam bahasa Roh, beban syafaat yang harus kita doakan menjadi semakin jelas.
Biasanya, pada awal doa kita, ada keputusasaan besar yang kita rasakan.
Semakin kita berdoa dalam Roh, hati kita makin dikuasai oleh belas kasihan dan tangisan agar anugerah Tuhan tercurah dalam persoalan yang sedang kita doakan tersebut.
Setelah beberapa saat berdoa, kadang secara tiba-tiba muncullah pengharapan dan iman bahwa Allah sudah mulai bekerja menjawab doa-doa kita.

Bagaimana kita tahu bahwa kita telah mendukakan Roh Kudus?
Semakin berdoa dalam bahasa Roh, tindakan/ ucapan yang mendukakan Roh tersebut semakin jelas tergambar dalam pikiran kita.
Biasanya pikiran kita langsung berdalih mencoba membenarkan diri sendiri.
Semakin berdoa dalam bahasa Roh, rasa bersalah akibat tindakan atau ucapan yang mendukakan Roh tersebut semakin mencengkeram kita.
Tanpa kita bertindak mengakui dosa dan bertobat, kita akan makin enggan berdoa / menyembah.
Saat kita bertobat dari tindakan / ucapan yang mendukakan Roh tersebut, damai sejahtera akan kembali menguasai kita.

5. Dorongan untuk menyembah.
Setelah beberapa saat berdoa dalam bahasa Roh, kita merasakan adanya dorongan untuk menyembah / mengucap syukur dalam bahasa Roh.
Artinya:
Allah sedang menarik kita untuk mendekat kepadaNya.
Ia sedang menyatakan kesadaran akan hadiratNya di dalam pikiran kita.

Respon yang harus kita munculkan :
Terus mendekati Allah melalui pujian dan penyembahan.
Terus belajar berinteraksi denganNya – tidak hanya sekedar menikmati hadiratNya tapi mulai bersekutu denganNya.
Belajar mengekspresikan penyembahan kita dengan cara mengkomunikasikan hati kita dengan bersuara dan ekspresi tubuh lainnya.
Terus menyembah selama kita masih terus merasakan manifestasi kehadiranNya.

Untuk dapat menyatakan Kristus, kita harus memiliki dinamika roh (aliran Roh Kudus yang mengalir dalam hidup kita) – Roma 12:11, yaitu roh yang menyala-nyala. Kalau kita tidak memiliki dinamika roh, maka kegiatan keagamaan yang kita lakukan hanyalah sebuah ritual biasa yang tidak ada kuasanya dan dampaknya bagi diri sendiri maupun orang lain seperti yang tertulis dalam II Timotius 3:5-7. Tanpa kita memiliki dinamika roh, kita tidak dapat mengerti kehendak Allah dan FirmanNya
Tubuh kita adalah bejana atau alat untuk mengekspresikan apa yang terjadi di dalam roh kita, dengan demikian kita dapat menyatakan Kristus melalui hidup kita.